GERAKAN GEMAR MEMBACA (Bedah Biografi Kasman Singodimedjo)
Bidang RPK IMM kasman
Singodimedjo kembali mengadakan diskusi pada hari Sabtu, 01 Januari 2022 pada
pukul 19.30 WIB. Diskusi tersebut diikuti oleh seluruh kader Kasman
Singodimedjo melalui grup WhatsApp. Diskusi tersebut membahas mengenai Biografi
Kasman Singodimedjo dengan pemateri yaitu, Tri Era Khoiriyah yang di pandu oleh
moderator yaitu, Amirah Farah. Diskusi dibuka oleh moderator kemudian dilanjutkan pemaparan materi oleh IMMawati Era, yaitu :
Biografi Kasman Singodimedjo
Lahir di Bagelan, Purworejo
pada 25 Februari 1904. Ayahnya bernama Singodimejo. Awalnya beliau hanya
bernama Kasman, kemudian setelah ayahnya wafat diberi tambahan Singodimedjo
yang harapannya penyematan nama tersebut sebagai bentuk bakti kepada orangtua.
Riwayat Pendidikan
Mulai usia 16 tahun Kasman
sudah belajar kepada Kyai Ahmad Dahlan, dan setelah tiga tahun lamanya terlibat
dalam kegiatan rutin Muhammadiyah. Setelah itu melanjutkan belajar disekolah
Kristen Hollanda Indische School (HIS) di Kwitang Batavia. Disana beliau juga
belajar Islam dan cara berorganisasi melalui pengajian Muhammadiyah Cabang
Betawi di Gang Kenari dan Kramat yang dipimpin oleh Haji Hidayatullah dan
Kartosoedharmo. Tidak ingin bersaing dengan adiknya, Kasman memutuskan kembali
ke Purworejo seorang diri dan pindah ke HIS Kutoarjo, yang kemudian dilanjutkan
ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang.
Tahun 1924 mulai mempraktekkan kemampuan
organisasinya sejak kembali ke Jakarta untuk meneruskan pendidikan di sekolah
dokter School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA). Kasman berkenalan
dengan tokoh nasional seperti Cokroaminoto, Agus Salim, Ahmad Syurkati dan
bergabung bersama Jong Java.
Tahun 1925 mendirikan Jong Islamieten Bond
(JIB). Berfungsi mendekatkan kaum terpelajar dengan rakyat, menumbuhkan simpati
rasa simpati terhadap agama Islam dan toleransi pada pemeluk agama lain. JIB
terlibat dalam Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928. Kasman
akhirnya menjabat sebagai Ketua Umum JIB dua tahun berikutnya pada 1930-1935.
Dengan segala keterbatasan, pada 1939 Kasman berhasil meraih gelar Ahli Hukum
atau Mr (Meester in de Rechten) dari sekolah tinggi hukum Rechts Hooge School.
Jabatan – Jabatan Penting
Komandan (Daidancho) Tentara
Pembela Tanah Air (PETA) Daidan I Jakarta, memimpin sebanyak 500 pasukan. Mewakili
umat Islam dalam rapat anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Mengamankan jalannya upacara pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI. Membujuk
Ki Bagus Hadikusumo sebagai tokoh kunci Piagam Jakarta agar untuk menghapus
tujuh kata, sehingga perpecahan dapat terhindar. Dan berbagai jabatan penting
lainnya berulangkali menjadi Tahanan Politik.
Kader Muhammadiyah
Masuk menjadi anggota
Muhammadiyah secara resmi pada tahun 1949. Pernah menjadi Ketua Muhammadiyah
Cabang Jakarta sekaligus Koordinator Muhammadiyah Wilayah Jakarta, Bogor dan
Banten pada tahun 1968. Di tingkat Pimpinan Pusat, Kasman menjadi salah satu
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah kantor Jakarta dalam tiga periode. Kasman
masuk dalam kategori Pahlawan Nasional yang disematkan pada tahun 2018, gelar
pahlawan tersebut sebagai bukti keteladanan, kenegarawanan serta
patriotism."
Setelah pemaparan materi
selesai, moderator kemudian membuka forum pertanyaan bagi kader yang ingin
bertanya. Salah satu penanya bernama Bayu. Dengan
pertanyaan "Apa yang melatarbelakangi diambilnya nama kasman
singodimedjo sebagai pimpinan komisariat fakultas ilmu tarbiyah?". Pertanyaan
tersebut pun dijawab "Setelah kita membaca biografi Bapak kasman tentu
kita melihat bahwa kasman adalah sosok pribadi dan juga kader Muhammadiyah yang
inspiratif, pengalaman organisasi yang tidak diragukan lagi, pemersatu bangsa
dengan dihapusnya tujuh kata di Piagam Jakarta. Ada kata singa yang bisa kita
artikan seseorang yang pemberani, idealis, dan agamis. Dari situ harapannya
pimpinan awal kasman awal yaitu IMMawan Nuzulla Fauzi menamai komisariat kita yang
notabennya lingkungan pendidikan. Bisa menjadi sosok kasman didalam IMM maupun
diluar sana. Karena nama adalah sebuah doa.
Kemudian pertanyaan kedua dari Nikmah, dengan pertanyaan "Pak Kasman itu kan sejatinya dari dulu
beragama Islam. Tapi kenapa dalam riwayat pendidikannya itu Pak Kasman
disebutkan pernah belajar di sekolah kristen?”. Pertanyaan tersebut pun dijawab,
seperti: "Coba kita tengok pendidikan zaman penjajah yang mana sangat
dominan dikuasai oleh mereka. Yang notabennya non Islam, mau tidak mau jika
ingin menempuh pendidikan di sekolah kristen tersebut. Hal itulah yang melatar
belakangi KH. Dahlan mencetuskan pendidikan yang bernafaskan Islam dengan tetap
memodifikasi moderinitas. Sebelum mendirikan sekolah, KH. Dahlan juga pernah
mengajar sekolah Barat yang mana tidak mengajrkan ilmu-ilmu Islam. Secara
sengaja pelan-pelan KH. Dahlan menyisipkan nilai-nilai islam.
Dari diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kasman Singodimedjo diambil menjadi nama komisariat karena ada kata singa yang bisa kita artikan seseorang yang pemberani, idealis, dan agamis. Harapannya pimpinan awal kasman yaitu IMMawan Nuzulla Fauzi menamai komisariat kita yang notabennya lingkungan pendidikan. Bisa menjadi sosok kasman didalam IMM maupun di luar sana. Karena nama adalah sebuah doa. Dan diskusi pun ditutup oleh moderator pada pukul 21.04 WIB.
Redaksi : Bayu Andika
Editor : Nikmatus Sholikhah
Komentar
Posting Komentar