Islam Agama Toleransi

Oleh: Febi Eko Cahyono

Agama Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tingginya sebuah toleransi diantara banyaknya perbedaan di dunia ini. Islam merupakan agama Allah yang disebarkan atau didakwahkan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliau merupakan manusia paling sempurna, paling dimuliakan oleh Allah, dan dicintai banyak sekali orang di dunia ini. Bahkan, manusia yang tidak beragama islam pun banyak juga yang menyukai baginda Rasulullah SAW, mengidolakan beliau dikarenakan kebaikan dan kebesarannya dalam berdakwah menyebarkan agama dan kebesaran Allah SWT. Saat ini kita berada didalamnya, yaitu hidup di dunia dengan memeluk agama Islam insyaallah. Banyak sekali tempat dan sarana bagi kita untuk mempelajari agama islam dan mendalaminya, bahkan ikut berdakwah dengan serius didalamnya. Sudah banyak muncul organisasi-organisasi dan gerakan yang berasaskan pada Agama Islam dengan tujuan yang sama yaitu menyebarkan kebaikan dan berdakwah melanjutkan perjuangan baginda Rasulullah SAW seperti yang terkenal di Indonesia yaitu salah satunya adalah Organisasi Masyarakat Muhammadiyah yang dapat kita gunakan sebagai sarana untuk belajar dengan cara terjun didalamnya.

Hidup didunia ini hanya ada dua definisi yaitu senang dan susah, yang kedua hal tersebut banyak sekali lahir cabang-cabang dalam pendefinisian pengertian ini. Seperti hidup yang damai dan saling toleransi yang apabila ada hal tadi pasti juga akan muncul yang namanya permusuhan dan perpecahan serta saling menyalahkan. Dua hal yang selalu ada di setiap komposisi demi keseimbangan kehidupan manusia. Ibaratkan segelap-gelapnya tempat pastilah masih ada sedikit cahaya yang terlihat, serta seterang-terangya tempat pastilah masih terdapat sedikit kegelapan yang terlihat. Permasalahan saat ini adalah manusia sendiri tidak dapat menyeimbangkan hal tersebut sehingga banyak sekali kita temukan yang namanya perselisihan dan permusuhan dengan berdasarkan dalil-dalil agama untuk menyalahkan orang lain dan membenarkan prinsip yang dia percayai. Apalagi kalau perihal tentang agama dan prinsip berkehidupan yang banyak sekali kita temukan Intoleransi didalamnya

Toleransi berarti menentang pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Dalam istilah bahasa Arab untuk kata toleransi adalah at-tasamuh, yang berarti ‘bermurah hati’. Dalam konteks hubungan antar umat beragama, toleransi bermakna membiarkan situasi tetap tenang dan rukun, sehingga setiap orang dapat menjalankan ibadah atau ajaran agamanya masing-masing tanpa disertai konflik. Sayangnya, hal ini sudah pernah dilanggar oleh oknum-oknum pemecah belah persatuan.

Prinsip serupa sesungguhnya juga berlaku diinternal umat suatu agama. Perbedaan antar-mazhab, seperti dihadapi dengan penuh toleran agar tidak menjurus pada kekerasan. Diibaratkan toleransi dan kesinambungan di tengah masyarakat. Padahal, Al-Qur’an telah mengisyaratkan adanya kuasa Allah SWT dibalik fakta tersebut. Salah satunya, pada surat Yunus ayat 99 yang artinya, “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” Maka dari itu, tidak ada gunanya memaksakan penyeragaman (homogenisasi) karena keberagaman justru merupakan sunnatullah yang sepatutnya disyukuri. Sayangnya, hal ini juga sudah dirusak hanya karena perbedaan pandangan dan prinsip. Hal ini harus kita minimalisir dalam berkehidupan ini agar perpecahan tidak lebih tinggi dan berat sebelah daripada banyaknya toleransi kedamaian.

Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW teladan utama dalam hal melakukan toleransi yang proporsional. Hal yang paling sederhana bisa kita ambil dari salah satu kisah beliau yaitu:

Jabir bin Abdullah RA berkata, “Suatu jenazah melewati kami, lalu Nabi berdiri karenanya, dan kami pun berdiri. Kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah jenazah orang Yahudi.’ Beliau bersabda, ‘Jika kamu melihat jenazah, maka berdirilah!’ (HR Bukhari)

Jadi dari kisah diatas dapat kita admbil sebuah makna bahwa beliau sangat menghormati siapa pun karena beliau menyadari pada dasarnya semua manusia adalah ciptaan Allah SWT. Dalam hal ini, beliau tidak membeda-bedakan agama orang tersebut. Apa yang beliau sabdakan diatas adalah untuk seorang Yahudi yang telah meninggal. Bagaimana sikap beliau terhadap orang Yahudi atau Nasrani yang masih hidup? Tentu beliau akan lebih menghargai. Itu yang harus kita terapkan dalam berkehidupan.

Bahkan dalam Al-Qur’an pun juga dijelaskan dalam sebuah ayat yang artinya:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS Al-An’am: 108). Sehingga dapat kita ketahui bahwa lebih baik kita saling mengerti dan toleransi demi kebaikan sesama manusia sebagai ciptaan Allah. Dari ayat diatas maka dapat kita terapkan lebih baik saling toleransi daripada kita memaki atau menjelekkan agama bahkan tuhan dari kepercayaan orang lain yang akan membuat orang tersebut jadi memaki Allah SWT sebagai Tuhan orang Islam, sehingga orang tersebut akan mendapat dosa yang besar, bahkan bisa saja mendapat azab dan laknat dari Allah SWT, kenapa kita tidak saling mengingatkan satu sama lain saja sebagai seorang ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, karena diberikan akal pikiran sehingga orang tersebut tidak jadi mendapat dosa dan kita juga mendapat kasih sayang dari Allah SWT. Insyaallah. Mengingatkan kepada teman-teman bahwa DAKWAH ITU MENGAJAK BUKAN MENGEJEK. APALAGI MENGAJAK UNTUK MENGEJEK.

Komentar

Postingan Populer