Pendidikan Sebagai Wadah Pencetak Pemimpin Masa Depan
Pada dasarnya, tema diatas adalah tema yang sangat komplek untuk dibahas, karena bicara Pendidikan tidak hanya menyoal tentang SDM nya saja tetapi juga faktor pendukung lainnya. Dalam hal ini akan kita bahas dalam dua tinjauan utama yakni secara konstitusi dan secara moral. Karena pada dasarnya pendidikan secara konstitusional adalah tanggung jawab negara, namun secara moral adalah tanggung jawab pelaku pendidikan itu sendiri. Konstitusi Indonesia telah mengamanatkan tanggung jawab negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, negara bertanggung jawab atas pendidikan seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya adalah tanggung jawab moral, sebagai pelaku pendidikan kita diharuskan untuk terus belajar dan mengasah kemampuan agar tetap bisa bersaing secara global serta mampu bermanfaat untuk umat.Pada dasarnya dua tinjauan tersebut akan menuntun pada pertanyaan-pertanyaan berikut; (1) bagaimana pendidikan menjalankan fungsinya agar peserta didik dapat menjadi manusia-manusia yang merdeka dan berkontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya, (2) Bagaimana fungsi pendidikan dapat dikatakan sebagai wadah pencetak pemimpin masa depan?
Dua pertanyaan tersebut pada dasarnya memiliki esensi proses yang sama, namun pada pertanyaan kedua, tentu kita perlu memperhatikan beberapa aspek untuk menjelaskannya. Pendidikan itu harus mampu menjawab kebutuhan bangsa. Namun faktanya, banyak lulusan dari institusi pendidikan justru kesulitan untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa.
Penting bagi penyelenggara pendidikan untuk memahami bahwa institusi yang dipimpin atau tempatnya mengabdi adalah suatu organisasi yang tersistem. Sehingga pada setiap prosesnya, institusi tersebut mempunyai perencanaan yang baik, analisis kebutuhan yang tepat, perumusan visi dan misi institusi yang jelas, target yang jelas, kebijakannya pun juga jelas, serta pengambilan keputusannya jelas. Sehingga harapannya adalah keluaran dari institusi tersebut memiliki kompetensi yang unggul dan bermanfaat untuk masyarakat banyak serta diserap oleh dunia kerja.
Lantas, bagaimana agar tahapan input, proses, dan output bisa berjalan dengan baik dan maksimal?
Bahwa butuh AWARENESS dari seluruh pemangku kepentingan. Pada tingkat sekolah misalnya: Kita bisa melakukan studi lapangan di SMA LABS SCHOOL Jakarta, atau sekolah-sekolah unggulan lainnya. Lulusan dari sekolah tersebut rata-rata memiliki daya serap yang tinggi untuk diterima di kampus-kampus ternama di Indonesia maupun diluar negeri. Ini adalah cerminan dari suatu institusi yang mampu melaksanakan setiap tahapan input, proses, dan outputnya secara baik dan maksimal.
Contoh lain misalnya: sebagian Program Studi di Binus University bahkan dipercaya untuk menjadi prioritas utama dari lulusan mereka untuk diterima dibanyak perusahaan di Singapura. Karena pada dasarnya, jika penyelenggara pendidikan mengelola institusinya dengan baik dan maksimal, maka akan muncul TRUST dari dunia kerja.
Orientasi pembahasan ini adalah lulusan yang diserap oleh dunia kerja. Harapannya, dari kampus, kita bukan hanya mendapatkan Kualifikasi berupa ijazah tetapi jauh lebih penting dari itu adalah kita memiliki kompetensi. Karena gelar hanya sebatas atribut saja, karena yang dibutuhkan tidak hanya kualifikasi tetapi juga harus didukung dengan kompetensi. Selanjutnya adalah yang berkaitan dengan tanggung jawab moral kita untuk terus belajar dan mengasah kemampuan agar bisa selalu bermanfaat kepada masyarakat dan bisa bersaing secara global.
Di era globalisasi seperti sekarang, skill menjadi prioritas utama dunia kerja untuk mempertimbangkan kita diterima atau tidak. Bahkan dibeberapa kampus sudah menerapkan standar tersendiri terhadap perekrutan SDM, sekalipun lulusan S3 tidak menjamin untuk diterima kalau tidak punya skill.. Personal branding menjadi penting. Kalau orang atau perusahaan maupun organisasi manapun sudah mengenal kita dan tahu serta paham kemampuan kita, maka percayalah bahwa kesempatan akan selalu ada untuk kita. Selain itu juga: keberanian, kepercayaan diri, dan komunikasi harus benar-benar disiapkan.
Kedepankan prinsip I CAN DO (Integrity, Commitment, Attitude, Networking, Dicipline, dan Orderly).
Selain itu, peran organisasi sangat penting bagi genarasi muda. Untuk berposes dalam suatu organisasi, biasanya seseorang bisa lebih mengenal diri dan kemampuannya. Bagaimana ia bisa memberikan pendapat serta menyikapi perbedaan pendapat yang ada, sikapnya ketika mendapatkan kritik, serta solusi atas masalah yang dihadapi dalam organisasi, dan sebagainya. Keterlibatan dalam kegiatan kemasyarakatan, partisipasi aktif dalam gotong royong, rasa simpati dan empati juga timbul dan tumbuh dalam interaksi sosial yang kita jalani. Dari situ akan lahir kesadaran atas kemampuan diri kita.
Kita lebih layak untuk memimpin atau dipimpin??
-----------------
Oleh : Dr.Heldy Ramadhan Putra P, M.Pd (Dosen Pascasarjana IAIN Surakarta)
Disampaikan saat Diskusi MILAD Pk Kasman Singodimedjo yang ke-4
Redaktur : Dzuhrida Saskia Pratiwi
Komentar
Posting Komentar