DiskOBar: Bagaimana Islam Memandang Wabah Penyakit?

Masyarakat dunia tengah diuji dengan kehadiran wabah korona. Pandemi yang bersumber dari virus Covid-19 menjadikan beberapa kota bahkan negara mendeklarasikan kebijakan lockdown atau larangan keluar dan masuk suatu kawasan untuk mencegah dan mengurangi penularan wabah.

Adanya keresahan masyarakat dalam menghadapi wabah penyakit, tiga Pimpinan Komisariat (PK Kasman Singodimedjo, PK Prof. Hamka, PK Kuntowijoyo) dibawah naungan PC IMM Ahmad Dahlam Kota Surakarta mengadakan Diskusi Online Bareng Bidang RPK (DiskOBar), yang bertemakan Bagaimana Islam Memandang Wabah Penyakit?. Dilaksanakan pada Jum'at 10 April 2020 pukul 15.30-21.35 WIB, yang diramaikan kurang lebih 250 peserta. Dalam DiskOBar tersebut mengundang dua pemateri. Pemateri pertama yaitu IMMawan Rahmat Kurniawan, SE. MM. selaku Bidang Tabligh DPP IMM, dan pemateri kedua yaitu IMMawati Riska Septiani S. selaku Sekretaris Umum PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta.



Dalam sesi pertama, IMMawan Rahmat Kurniawan mengungkapkan bahwa di dalam surat Al-Anbiya' ayat 83-84 telah Allah abadikan pada ribuan tahun lalu, Kisah Nabi Ayub as. ketika ditimpa wabah penyakit kulit. Pada pembahasan ayat tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran akan kejadian yang sedang berlangsung saat ini. Bisa dilihat kondisi saat ini,  dimana COVID-19 sedang menjajah dunia terkhusus Indonesia tercinta ini.

Peran pemerintah perlu kita apresiasi atas penanganan yang begitu cepat dan tanggap dalam upaya pencegahan virus corona. Pemerintah juga tidak melarang kita untuk turut serta memberikan masukan-masukan terkhusus kita sebagai kader IMM. Sebagaimana peran Pimpinan Muammadiyah yang telah berperan aktif dengan rumah sakitnya. Muhammadiyah telah memberikan kontribusinya pada negeri sejak sebelum negeri ini ada. Ketika ada masyarakat Indonesia yang sedang sakit, rumah sakit Muhammadiyah siap menampung dengan rujukan-rujukan yang telah disiapkan oleh Muhammadiyah.

Ditengah perjalanan diskusi, peserta semakin antusias untuk berargumen. Salah satu peserta diskusi mengajukan pertanyaan, "Kenapa kasus corona virus itu dikorelasikan dengan zaman Nabi Ayub ketika tertimpa wabah penyakit kulit, padahal wabah kulit yang diderita kaum Nabi Ayub itu adalah azab. Apakah corona virus itu bisa dikatakan azab? Yang disini adanya kontra konteks dengan zaman nabi ayub dan corona virus, kalau sekarang siapa yg diazab? soalnya teman-teman seiman kita juga terkena".
"Antara corona dengan penyakit Nabi Ayub itu senada. Saat wabah penyakit yang diderita Nabi Ayub melanda dapat menggoncang keimanan, menyebabkan meninggalnya semua anak Nabi Ayub, dan lenyapnya semua harta Nabi Ayub. Dengan virus corona ini kita menjadi tahu bahwa Islam agama yang tohurun (bersih), yang mengajarkan kita bagaimana menjaga kebersihan", jawab IMMawan Rahmat.

Dalam sesi kedua, pembahasan tak kalah menarik dengan pemateri IMMawati Riska Septiani yang diawalinya dengan melempar pertanyaan kepada peserta diskusi. Dengan adanya lemparan pertanyaan "Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat, ada yang menganggap bahwa jangan takut kepada virus corona, takutlah kepada Allah. Adakah di sekitar lingkungan kalian yang beranggapan demikian? Ataupun kalo tidak menemui kasus tersebut,  Lantas bagaimana tanggapan kawan-kawan jika menemui hal itu?", peserta diskusi saling bersaut-sautan dalam menanggapinya. 

"Agama mempunyai peran yang cukup penting dalam menghadapi segala aspek kehidupan. Dalam situasi apapun, kegiatan keagamaan menjadi wujud dari eksistensi komunitasnya. Termasuk agama islam yang termasuk salah satu agama dengan pemeluk terbanyak di dunia. Islam memiliki peran yang penting dalam mengatur kehidupan pemeluknya. Tak terkecuali dalam menghadapi masalah seperti sekarang ini, yakni merebaknya wabah penyakit COVID-19", ujar IMMawati Riska.

DiskOBaR, malam itu ditutup dengan Closing Statement dari kedua pemateri. "Jadilah pelopor kebaikan dan kebajikan, dan sampaikanlah kebenaran itu dengan cara yang benar", begitu ujar IMMawan Rahmat. Kemudian IMMawati Riska menambahi dengan pernyataan bahwa "Diiatas bencana yang melanda ini, jangan ada yang memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan. Gerak fisik mungkin dibatasi, tapi tidak untuk pikiran".


Redaksi : Nurul Izzah
Editor : Dzuhrida Saskia P

Komentar

Postingan Populer